Bandung.Swara Wanita.
Dalam kehidupan ini, perempuan
sebenarnya memegang peran yang cukup besar. Namun, peran tersebut bersifat
abstrak. Sebagaimana sang pelatih yang mengatur para pemainnya, perempuan pun
memiliki peran yang signifikan untuk mencetak generasi yang cerdas dan
berakhlak.Kehidupan dalam keluarga merupakan titik awal untuk menuju kehidupan
bernegara. Anak yang terlahir dalam keluarga yang terdidik tentu akan berbeda
nilainya dibandingkan anak tanpa perhatian orangtuanya, khususnya ibu. Hal ini
karena secara psikologis perempuan memiliki sifat kasih sayang yang tinggi.Perempuan
menjadi central dalam menentukan keberhasilan suatu bangsa. Perannya sangat
berarti, kiprahnya tak bisa dipandang sebelah mata. Benar sekali sabda nabi
SAW, perempuan menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa.Akhlak
merupakan sebuah karakter yang melekat dalam hati, kebiasaanlah yang akan
membentuknya. Maka, kondisi yang harmonis dalam lingkungan keluarga diharapkan
sekali demi terbentuknya generasi yang bermoral dan bermartabat, akan tetapi beberapa
tahun terakhir ini, kita cukup sering mendengar dan melihat kejahatan dan
kekerasan terhadap anak-anak, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Prilaku
penyimpangan ini tentunya tidakterlepas dari situasi dan kondisi lingkungan
serta pola pendidikan. Untuk itu, sudah seharusnya pemerintah provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan agar dapat merancang pola pendidikan yang
bisa menanamkan norma-norma agama ,susila, sosial dan budi pekerti. Menurut
anggota Komisi V DPRD Jabar Hj. Imas Noeraini,S.Pd.I prilaku menyimpang
dilakukan oleh orang-orang tertentu, tentunya tidak terlepas dari pola
pembinaan, baik dirumah tangga, sekolah maupun lingkungan tempat mereka
tinggal, termasuk juga dari cara pergaulan sehari-harinya.Untuk itu, agar
anak-anak kedepan tidak terus menjadi sasaran dari orang yang berprilaku
penyimpang tersebut, salah satu solusinya adalah memberikan tambahan pelajaran
tentang keagamaan dan budi pekerti mulai dari tingkat PAUD sampai SLTA, kata Hj
Imas Noeraini kepada Swara Wanita saat
ditemui di ruang Fraksi Nasdem-Hanura DPRD Jabar,beberapa waktu lalu.
Dikatakan, anak-anak mendapatkan mata pelajaran agama di sekolah hanya dua jam
dalam seminggu. Selebihnya mata pelajaran lainnya. Sehingga, dinilai masih
sangat kurang bagi anak-anak untuk dapat memahami norma-norma agama dan sosial.
Untuk, sebaiknya ditambah mata pelajaran budi pekerti seperti pada jaman dulu
atau sepulang sekolah anak-anak mengikuti pengajian. Dengan bekal ilmu
agama dan budi pekerti yang mencukupi tentunya, anak-anak tidak akan berbuat
dan berprilaku menyimpang. Karena sudah dipagari oleh ilmu agama dan budi
pekerti.Imas juga mengatakan, selain ilmu agama dan budi pekerti, sebaiknya
orang tua juga harus tetap memperhatikan perkembangan anaknya. Pengawasan
orang tua cukup penting bagi kejiwaan si-anak. Misalkan, memberikan
pendampingan kepada anak saat menonton TV atau mematikan TV saat sedang belajar
malam di rumah.Terus terang, kata Imas, dirinya merasa miris melihat beberapa
TV swasta yang menayangkan beberapa program kekerasan atau film yang belum
pantas di tonton oleh anak-anak. Padahal anak-anak usai menonton tentunya
masih berbekas dibenaknya. Hal ini, juga akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Sehingga, beberapa kasus perkelahian sesama pelajar yang
berujung pada jatuh korban dan kematian. Bahkan belum lama ini, anak kelas II
SD berkelahi meyebabkan satu satu temannya meninggal.Lebih lanjut Imas
mengatakan, perkembangan dan kejiwaan si-anak tidak terlapas dari faktor
kondisi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan diluar jam
sekolah. Untuk itu, kalau anak kurang ilmu keagamaan dan budi pekerti
tentunya cepat terpengaruh. Apalagi pengawasan orang tua kurang karena
orangtuanya sibuk bekerja, sehingga waktu untuk bercengkrama dan berkomunikasi
antara orangtua dengan anak dirumah sangat minim. Ini juga merupakan salah satu
penyebab anak-anak tidak betah dirumah dan mencari pergaulan diluar rumah,
ujarnya Bendahara Fraksi Nasdem-Hanura DPRD jabar ini.. Kedepan, harap Imas,
agar anak-anak tidak selalu menjadi korban dari prilaku menyimpang, maka
hendaknya Pemerintah melalui Dinas Pendidikan, untuk dapat merancang pola
pendidikan yang berbasis pengetahuan dan menambah ilmu keagamaan, prilaku dan
jiwa sosial.Caranya, bagaimana, yaitu dengan meminta para pakar anak-anak,
pakar pendidikan atau dari kalangan akademis yang memang paham untuk tingkatan
usia anak. Hal ini sangat penting untuk kemajuan anak Indonesia sebagai
generasi bangsa, tandasnya. (Diah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar