Selasa, 06 Oktober 2015

Hj. Imas Noeraini,S.Pd.I Mencetak Generasi Yang cerdas dan Akhlak




Bandung.Swara Wanita.
Dalam kehidupan ini, perempuan sebenarnya memegang peran yang cukup besar. Namun, peran tersebut bersifat abstrak. Sebagaimana sang pelatih yang mengatur para pemainnya, perempuan pun memiliki peran yang signifikan untuk mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak.Kehidupan dalam keluarga merupakan titik awal untuk menuju kehidupan bernegara. Anak yang terlahir dalam keluarga yang terdidik tentu akan berbeda nilainya dibandingkan anak tanpa perhatian orangtuanya, khususnya ibu. Hal ini karena secara psikologis perempuan memiliki sifat kasih sayang yang tinggi.Perempuan menjadi central dalam menentukan keberhasilan suatu bangsa. Perannya sangat berarti, kiprahnya tak bisa dipandang sebelah mata. Benar sekali sabda nabi SAW, perempuan menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa.Akhlak merupakan sebuah karakter yang melekat dalam hati, kebiasaanlah yang akan membentuknya. Maka, kondisi yang harmonis dalam lingkungan keluarga diharapkan sekali demi terbentuknya generasi yang bermoral dan bermartabat, akan tetapi beberapa tahun terakhir ini, kita cukup sering mendengar dan melihat  kejahatan dan kekerasan terhadap anak-anak, bahkan sampai menghilangkan nyawa.  Prilaku penyimpangan ini tentunya tidakterlepas dari situasi dan kondisi lingkungan serta pola pendidikan.  Untuk itu, sudah seharusnya pemerintah provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan agar dapat merancang pola pendidikan yang bisa menanamkan norma-norma agama ,susila, sosial dan budi pekerti. Menurut anggota Komisi V DPRD Jabar Hj. Imas Noeraini,S.Pd.I prilaku menyimpang dilakukan oleh orang-orang tertentu, tentunya tidak terlepas dari pola pembinaan, baik dirumah tangga, sekolah maupun lingkungan tempat mereka tinggal, termasuk juga dari cara pergaulan sehari-harinya.Untuk itu, agar anak-anak kedepan tidak terus menjadi sasaran dari orang yang berprilaku penyimpang tersebut, salah satu solusinya adalah memberikan tambahan pelajaran tentang keagamaan dan budi pekerti mulai dari tingkat PAUD sampai SLTA, kata Hj Imas Noeraini kepada Swara Wanita  saat ditemui di ruang Fraksi Nasdem-Hanura DPRD Jabar,beberapa waktu lalu. Dikatakan, anak-anak mendapatkan mata pelajaran agama di sekolah hanya dua jam dalam seminggu. Selebihnya mata pelajaran lainnya. Sehingga, dinilai masih sangat kurang bagi anak-anak untuk dapat memahami norma-norma agama dan sosial. Untuk, sebaiknya ditambah mata pelajaran budi pekerti seperti pada jaman dulu atau sepulang sekolah anak-anak mengikuti pengajian.  Dengan bekal ilmu agama dan budi pekerti yang mencukupi tentunya, anak-anak tidak akan berbuat dan berprilaku menyimpang. Karena sudah dipagari oleh ilmu agama dan budi pekerti.Imas juga mengatakan, selain ilmu agama dan budi pekerti, sebaiknya orang tua juga harus tetap memperhatikan perkembangan  anaknya. Pengawasan orang tua cukup penting bagi kejiwaan si-anak.  Misalkan, memberikan pendampingan kepada anak saat menonton TV atau mematikan TV saat sedang belajar malam di rumah.Terus terang, kata Imas, dirinya merasa miris melihat beberapa TV swasta yang menayangkan beberapa program kekerasan atau film yang belum pantas di tonton oleh anak-anak.  Padahal anak-anak usai menonton tentunya masih berbekas dibenaknya.  Hal ini, juga akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sehingga, beberapa kasus perkelahian sesama pelajar yang berujung pada jatuh korban dan kematian. Bahkan belum lama ini, anak kelas II SD berkelahi meyebabkan satu satu temannya meninggal.Lebih lanjut Imas mengatakan, perkembangan dan kejiwaan si-anak tidak terlapas dari faktor kondisi keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan diluar jam sekolah.  Untuk itu, kalau anak kurang ilmu keagamaan dan budi pekerti tentunya cepat terpengaruh. Apalagi pengawasan orang tua kurang karena orangtuanya sibuk bekerja, sehingga waktu untuk bercengkrama dan berkomunikasi antara orangtua dengan anak dirumah sangat minim. Ini juga merupakan salah satu penyebab anak-anak tidak betah dirumah dan mencari pergaulan diluar rumah, ujarnya Bendahara Fraksi Nasdem-Hanura DPRD jabar ini.. Kedepan, harap Imas, agar anak-anak tidak selalu menjadi korban dari prilaku menyimpang, maka hendaknya Pemerintah melalui Dinas Pendidikan, untuk dapat merancang pola pendidikan yang berbasis pengetahuan dan menambah ilmu keagamaan, prilaku dan jiwa sosial.Caranya, bagaimana, yaitu dengan meminta para pakar anak-anak, pakar pendidikan atau dari kalangan akademis yang memang paham untuk tingkatan usia anak. Hal ini sangat penting untuk kemajuan anak Indonesia sebagai generasi bangsa, tandasnya. (Diah).
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar