Bandung.SwaraWanita
Kalangan Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat
menyayangkan sikap Kepala Bappeda Jabar Denny Djuanda yang diundang untuk rapat
kerja membahas RAPBD 2016, tidak bersedia datang. Padahal kehadiran Ketua
Bappeda sangat penting dalam membahas bersama program kerja dan anggaran RAPBD
2016. Menurut anggota Komisi V DPRD Jabar, dr.Ikhwan Fauzi M.Kes,
mengatakan sudah tiga kali Komisi V mengundang Kepala Bappeda dan Pimpinan OPD
mitra Komisi V untuk duduk bersama membahas program kerja dan anggaran OPD.
Namun sangat disayangkan, tidak pernah mau hadir.“Kita juga sesalkan kenapa
diundang Komisi V tidak mau hadir, sedangkan diundang oleh Komisi lain mau
hadir, ada apa ?, ujar Ikhwan penuh tanya, saat ditemui wartawan di ruang Komisi V, Rabu (18/11). Dikatakan,
kehadirian Ketua Bappeda Denny Djuanda sangat penting, karena ketika kita rapat
kerja dengan pihak Disdik Jabar dan Dinkes Jabar, ternyata Disdik dan Dinkes,
belum siap data pendukung, atas program yang diusulkan untuk tahun anggaran
2016. “Dewan menginginkan, program kerja dan besaran anggaran yang diusulkan
harus jelas. Kita tidak ingin terulang kembali ada program siluman “Program
Sanitasi” pada tahun 2015 terulang kembali”, tegasnya. Saya berani mengatakan program
sanitasi itu adalah siluman, karena tanpa ada pembahasan dan persetujuan di
tingkat Komisi V, ujuk-ujuk nongol dalam APBD tahun 2015 yang nilainya mencapai
650 miliaran. Dan hasilnya, Gatot alias gagal total karena daerah tidak
siap untuk menyediakan lahan. Iwan juga menyoroti anggaran kesehatan yang
disimpan di beberapa SKPD, seperti di Disnakertran (kesehatan buruh), ada di
Yansos dan Dinsos, di Diskimrum (Sanitasi), di PSDA (irigasi Air Bersih).
Dengan adanya penyimpanan anggaran kesehatan di beberapa SKPD, memang
secara keseluruhan mencapai sekitar 10 persen dari APBD, tapi bila ditelita
secara seksama yang dikelola oleh Dinkes Jabar sendiri tidak lebih dari 2
persen, jelasnya. Sementara itu, terkait sector Pendidikan, Iwan
juga menyoroti kinerja Disdik Jabar masih perlu ditingkatkan,
mengingat Disdik mendapatkan gelontoran anggaran paling besar, baik
dari APBD Jabar maupun dari Pusat. Namun, kenapa sampai kini masih
ditemukan beberapa sekolah didaerah terutama didaerah terpencil ada sekolah
yang sudah dalam kondisi sangat memperihatinkan, yang dapat membahayakan
peserta didik maupun tenaga pendidiknya. Lebih lanjut Iwan
mengatakan, DPRD Jabar sangat mendukung anggaran kebutuhan untuk
peningkatan pendidikan termasuk kebutuhan sarana-prasarana pendidikan, seperti
pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)/ Rehap Kelas dan pembangunan Unit Sekolah
Baru (USB). Namun, tentunya, kita ingin anggaran yang diusulkan oleh Disdik
Jabar harus disertai dengan dukungan data, jadi kita tahu, berapa anggaran yang
butuhkan sebenarnya. “ Kita ingin pihak Disdik transparan dalam
mengusulkan dan menggunakan anggaran yang berasal dari uang rakyat”, tandasnya.
(diah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar